TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Arya Sinulingga, pembengkakan biaya yang terjadi pada proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung wajar terjadi.
"Pembengkakan itu hal wajar. Namanya juga pembangunan awal dan itu membuat beberapa hal menjadi agak terhambat. Di mana-mana kemunduran-kemunduran itu pasti akan menaikkan cost," ujar Arya dalam rekaman suara kepada wartawan, Sabtu, 9 Oktober 2021.
Berdasarkan informasi sebelumnya, biaya proyek sepur kilat itu diperkirakan mengalami cost overrun sekitar US$ 1,9 miliar (Rp 27,17 triliun, asumsi kurs Rp 14.300 per dolar AS).
Sedikitnya ada dua persoalan yang menyebabkan biaya proyek kereta kencang itu melar. Pertama adalah perubahan desain lantaran kondisi geologis dan geografi yang berbeda dari perkiraan awal.
"Jangan dikatakan ini perencanaannya, wah sebelumnya bagaimana itung-itungannya. Hampir semua negara mengalami hal yang sama, apalagi untuk pertama kali, pasti ada perubahan-perubahan," kata Arya.
Kedua adalah persoalan harga tanah. Ia mengatakan harga tanah untuk proyek tersebut mengalami kenaikan seiring berjalannya waktu.
"Itu wajar terjadi. Di hampir semua pembangunan yang kita lakukan dari sejak zaman dulu ada perubahan di sana yang membuat pembengkakan biaya. ini dua yang membuat anggaran jadi naik," kata Arya.